Saat ini Negara Republik Indonesia
sudah menjadi salah satu Negara pengimpor beras di Dunia,apalagi sejak
terjadinya krisis moneter yang berkepanjangan dinegara ini telah melumpuhkan
struktur ekonomi dan dunia usaha khususnya pada usaha kecil dan menengah
termasuk pertanian. Pemerintah terus berupaya untuk memulihkan krisis ini
dengan segala daya dan upaya termasuk upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional dengan berswasembada beras, melalui Departemen Pekerjaan Umum upaya
untuk swasembada beras terus di optimalkan.
Dengan semakin berkurangnya lahan
pertanian dipulau jawa akibat pengembangan industrilisasi, maka pemerintah
mencari lahan pengganti diluar pulau jawa dimana salah satunya propinsi Sumatera
Selatan dan Lampung. Pada tahun 1969 Departemen Pekerjaan Umum melakukan studi
indifikasi untuk mencari pengembangan pertanian didaerah transbasin Ogan,
Komering dan Tulang Bawang.
Hasil studi tersebut dilanjutkan serangkaian studi oleh
Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Pengairan yang
menyimpulkan adanya potensi pengembangan areal irigasi seluas ± 120.000 Ha.
Dalam upaya peningkatan produksi pangan khususnya padi,
Pemerintah Indonesia telah mengambil keputusan untuk pengembangan daerah aliran
sungai Komering bagian hulu khususnya daerah Belitang. Dimana transmigrasi
pertama ditempatkan sejak tahun 1936. Daerah Irigasi
Komering yang mempunyai areal 21.000 Ha ini mensuplai
air dari sungai Komering melalui bangunan pengambilan bebas (free intek) di
Kurungan Nyawa yang letaknya di hilir bendung perjaya ± 15 km yang dibangun
pada zaman kolonial Belanda tahun 1938. Namun
prasarana pengairan ini tidak menjamin kontinyunitas debit air karena
keterbatasan debit air yang melalui bangunan pengambilan bebas ( free intek )
akibat konstruksinya tidak memadai sehingga :
a.
Pada musim kemarau durasi sungai komering turun mengakibatkan debit
air sungai komering yang masuk ke
saluran sangat kecil.
b. Pada musim hujan elevasi sungai komering
naik mengakibatkan naik mengakibatkan
debit air sungai komering yang masuk ke saluran relatif cukup besar, namun kandungan lumpur yang
terbawa cukup banyak dan mengendap di saluran.
Program pembangunan
Proyek Irigasi Komering meliputi pembangunan Daerah Irigasi Komering sampai dengan Tahap-II Phase-2 seluas ±59.129 Ha yang terletak di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten
Way Kanan Provinsi Lampung. Dengan
rincian tahapan pembangunan sebagai berikut :
I.
Tahap-I (Th.1990-1996)
a.
Sub D.I. Belitang =
20.959 Ha
(Rehabilitasi Saluran Sekunder Belitang dan Pembangunan
Bendung Perjaya)
II. Tahap-II Phase-1 (Th.1996-2001)
a.
Sub D.I. Macak = 12.024 Ha
b.
Sub D.I. Komering =
6.719 Ha
c.
Sub D.I Bahuga = 5.281 Ha
Total = 24.024 Ha
II.
Tahap-II Phase-2 (Th.
2006-2015)
a. Sub. D.I
Bahuga Hilir = 3.125 Ha
b. Sub. D.I Muncak Kabau = 6.021 Ha
c.
Sub. D.I. Lempuing = 5.000 Ha
Total = 14.146 Ha
Sebelum pengembangan dan pembangunan Irigasi Komering kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur (OKU TIMUR) adalah bagian dari wilayah kabupaten OGAN
KOMERING ULU (OKU), dengan perkembangan ekonomi pasca pengembangan dan
pembangunan Irigasi Komering dan letak geografis daerah OGAN KOMERING ULU TIMUR
menjadi daerah pemekaran dari kabupaten OKU menjadi kabupaten OKU TIMUR beribu kota di Martapura dengan logo Bendung
Perjaya dengan latar belakang persawahan terbentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten OKU TIMUR dan OKU Selatan
tanggal 18 Desember 2003..
Areal Irigasi Komering secara administrasi
meliputi 3 kabupaten dan 2 provinsi, dari 3 kabupaten tersebut yang paling luas
adalah kabupaten OKU TIMUR dengan luas areal 42.402 Ha. dengan produktivitas
setelah dibangunnya irigasi teknis menjadi 5,92 Ton (GKG)/Ha dengan panen 2 x setahun
yang sebelumnya hanya 2,9 Ton (GKG)/Ha dengan panen 1 x setahun
Dengan pengembangan dan pembangunan Daerah Irigasi
Komering manfaat yang faktual adalah peningkatan perkembangan ekonomi daerah
yang dibangun sehingga menjadi daerah surplus pangan khususnya beras dan secara
umum sebagai penyumbang ketahanan pangan nasional.
No comments:
Post a Comment