Friday, October 28, 2016

Pengaruh Hubungan Antara Kawasan Asia Barat Daya (Islam) Dengan Nusantara Terhadap Kondisi Situasi Politik Pada Kerajaan Di Indonesia Pada Abad Ke 7 Sampai Abad 16-An.

Nama : Rahman Abidin

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai pelayar pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan indonesia degan berbagai daerah di timur tengah.
Bahkan dua abad sebelum tarikh masehi, indonesia (kepulauan nusantara) khususnya sumatra telah dikenal dalam peta dunia masa ini. Peta dunia tertua yang disusun oleh Claudius Ptolemaeus, seorang gubernur kerajaan yunani yang berkedudukan di Alexandria (Mesir), menyusun peta berjudul Geographyle telah menyebut dan memasukkan Nusantara dengan sebutan Barousai. Yang dimaksud tentunya pantai barat Sumatra yang kaya akan kapur barus.
Pedagang-pedagang muslim asal arap, persia dan india juag ada yang sampai ke kepuluan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M (Abad 1 Hijriah), ketika islam pertama kali berkembang di Timur tengah. Hubungan perdagangan ini juga menjadi hubungan penyebaran agama islam yang semakin lama semakin lebih intensif.
Sejak abad pertama Nusantara yang menghasilkan komoditi rempah-rempah dan banyak disukai di Eropa(Romawi) masa itu menyebabkan perdagangan-perdagangan arap singgah di pantai bart Sumatra dan selat Malaka yang menghubungkan imeperium Timur (kekaisaran Cina). pedagang Arab sudah berperan sebagai pengatur jalur perdagangan Barat-Timur.
Dengan demikian indonesia sudah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di timur maupun di barat, karena menjadi jalur lalu lintas perjalanan. Sebagai wilayah yang mudah dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk penyebaran agama islam.

2.    Masalah Penelitian
a.    Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari pembaca dan supaya penelitian ini tidak meluas pembahasannya perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)      Subjek dalam penelitian ini adalah Hubungan asia barat daya (Islam)  dengan nusantara.
2)      Objek penelitian yang digunakan peneliti Kondisi Situasi Politik Pada Kerajaan Islam Di Indonesia Pada Abad Ke 7 Sampai Abad 16-An. Parameter penelitian adalah Buku
b.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. ”Adakah Pengaruh Hubungan Antara Kawasan Asia Barat Daya (Islam) Dengan Nusantara Terhadap Kondisi Situasi Politik Pada Kerajaan Di Indonesia Pada Abad Ke 7 Sampai Abad 16-An”.
3.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Hubungan Antara Kawasan Asia Barat Daya (Islam)  Dengan Nusantara Terhadap Kondisi Situasi Politik Pada Kerajaan Di Indonesia Pada Abad Ke 7 Sampai Abad 16-An.
4.    Manfaat Penelitian
a.    Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi keilmuan  dalam “Pengaruh Hubungan Antara Kawasan Asia Barat Daya (Islam)  Dengan Nusantara Terhadap Kondisi Situasi Politik Pada Kerjaan Di Indonesia Pada Abad Ke 7 Sampai Abad 16-An dan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penilitian berikutnya”.
b.    Manfaat Praktis
Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui Pengaruh Hubungan Antara Kawasan Asia Barat Daya (Islam)  Dengan Nusantara Terhadap Kondisi Situasi Politik Pada Kerjaan Di Indonesia Pada Abad Ke 7 Sampai Abad 16-An.
5.    Tinjauan Pustaka
Hubugan Asia barat daya (Islam)  dan Nusantara
            Kontak awal kedua wilayah ini, khususnya berkaitan dengan perdagangan, bermula bahkan sejak masa phunisia dan saba, perdagangan arab dan persia dengan dinasty cina, kapal-kapal Arab dan Persia yang berdagang ke Cina melakukan pengembara ke Nusantara jauh sebelum Islam menjadi nyata di bagian manapun di nusantara. (Azyumardi, 2013:19-20).
Kondisi dan Situasi Politik (Nusantara)
            Kondisi atau keadaan yang dimana keadaan di nusantara pada kerajan-kerajaan hindhu budha mengalami kemunduran. Sehingga Islam mengambil keuntungan sebagai politik untuk berdagang dan mendirikan daerah bercorak islam. (abdurrahman, 2013:309).
6.      Metodologi Penelitian
Metode adalah suatu cara jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, penelitian adalah penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap suatu masalah, atau untuk menyokong atau menolak suatu teori (abdurrahman, 1999:43). Berdasarkan pengertian diatas, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, dengan kata lain metode penelitian Sejarah adalah instrumen untuk merekomendasikan pristiwa sejarah menjadi sejarah sebagai kisah (Gottschalk, 2008:32), adapun langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a.    Heuristik
Heuristik adalah suatu teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah (abduraahman,1999:55). Berhasil tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawsan peneliti mengenai sumber yang di perlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Heuristik merupakan tahap awal dalam etode ini yaitu berupa sejarah dengan mengumpulkan data pustaka yang relevandengan topik yang dibahas lewat sebuah studi pustaka.
b.    Verifikasi
Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu terkumpul, tahap yang berikutnya ialah verifikasi atau lazim di sebut juaga dengan kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini kritik sumber terbagi menjadi dua yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah keabahan tentang keaslian sumber (otentisitas). Peneiti melakukan pengujian ats asli atau tidaknya sumber berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang di temukan atau setidaknya dapat diuji berdasarkan sebuah pertanyaan-pertanyaan seperti kapan sumber itu di buat, dimana sumber itu dibuat, dan siapa yag membuat. Kritik intern menguji sumber tentang kesahihan sumber (kredibilitas).
c.    Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran sejarah yaitu menguraikan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain (abdurrahman, 1999:64). Berdasarkan pada langkah ini setelah di lakukan pembacaan pembacaan data secara kritis terhadap topik “Pengaruh Hubungan Antara Kawasan Asia Barat Daya (Islam) Dengan Nusantara Terhadap Kondisi Situasi Politik Pada Kerjaan Di Indonesia Pada Abad Ke 7 Sampai Abad 16-An” maka di lakukan penguraian-penguraian atas sintesis-sintesis yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam teori-teorinya tersebut. Setelah di uraikan, kemudian di hubungkan suatu fakta dengan fakta lain.
d.   Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam metode ini, yaitu historiografi yang artinya cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah di lakukan peneliti (Abdurrahman, 1999:76) dari kegiatan fas terakhir ini penulis dapat menilai apakah peneliti yang penulis lakukan dapat berlangsung sesuia dengna prosedur yang di pergunakan sudah tepat atau tidak, sehingga dari historiografi ini dapat di tentukan mutu peneliti sejarah itu sendiri.

7.    Teknik Pengumpilan Data
            Dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik studi kepustakaan, yaitu suatu cara pengumpulan informasi maupun berupa sumber-sumber yang relevan dan keterkaitannya dengan masalah penelitian.. adapu sumber-sumber tertulis yang peneliti peroleh antara lain : Perpustakaan Universitas PGRI Palembang, serta buku-buku yang relevan.

8.    Teknik Analisis Data
            teknik analisis data adalah proses mengubah data mentah menjadi data yang bermakna yang mengarah pada kesimpulan (Arikunto, 2010:53). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis yang bersifat kualitatif. Analisis data kualitatif adalah suatau analisis data yang digunakan untuk permintaan informasi yang bersifat menerangkan dalam bentuk keterampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai seditailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya (Arikunto, 2010:22).

A.    HASIL DAN PEMBAHAAN                     
1.      Hubungan Antara Kawasan Asia Barat Daya Dengan Indonesia (Nusantara)
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai pelayar pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan indonesia degan berbagai daerah di timur tengah.
Bahkan dua abad sebelum tarikh masehi, indonesia (kepulauan nusantara) khususnya sumatra telah dikenal dalam peta dunia masa ini. Peta dunia tertua yang disusun oleh Claudius Ptolemaeus, seorang gubernur kerajaan yunani yang berkedudukan di Alexandria (Mesir), menyusun peta berjudul Geographyle telah menyebut dan memasukkan Nusantara dengan sebutan Barousai. Yang dimaksud tentunya pantai barat Sumatra yang kaya akan kapur barus.
Pedagang-pedagang muslim asal arap, persia dan india juag ada yang sampai ke kepuluan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M (Abad 1 Hijriah), ketika islam pertama kali berkembang di Timur tengah. Hubungan perdagangan ini juga menjadi hubungan penyebaran agama islam yang semakin lama semakin lebih intensif.
Sejak abad pertama Nusantara yang menghasilkan komoditi rempah-rempah dan banyak disukai di Eropa(Romawi) masa itu menyebabkan perdagangan-perdagangan arap singgah di pantai bart Sumatra dan selat Malaka yang menghubungkan imeperium Timur (kekaisaran Cina). pedagang Arab sudah berperan sebagai pengatur jalur perdagangan Barat-Timur.
Dengan demikian indonesia sudah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di timur maupun di barat, karena menjadi jalur lalu lintas perjalanan. Sebagai wilayah yang mudah dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk penyebaran agama islam.

2.      Teori teori Tentang Masuknya Islam ke Indonesia
Banyak sekali para ahli sejarah yang berbeda pendapat mengenai kapan masuknya islam ke indonesia. Hal itu didasarkan kepada sumber – sumber atau hasil penelitian yang memang berkaitan dengan kapan hal tersebut terjadi. Ada beberapa pendapat yang mengenai teori masuknya islam masuk ke indonesia :
a.       Prof. Dr Snouck Hurgronye (1857 -1936), mengatakan bahwa islam masuk ke indonesia abad ke 13 M dan diimpor dari India, seperti yang di uraikan dalam bukunya The Achehnese.
b.      Eksiklopedia umum, terbitan Yayasan kanisius Yogyakarta 1973, yang bekerja sama dengan Franklin Book Programs halaman 581 mengatakan bahwa agama islam mencapai indonesia dalam pertengahan abad ke – 13M, memalui pedagang Gujarat (India) dan Persia.
c.       Herry W. Hazard, seorang amerika dengan karyanya Atlas of Islamic History (1954), yang mengatakan kaum muslimin pertama kali mengunjungi indonesia diduga pada abad ke 7, yaitu para pedagang Arab yang telah berdiam di Sumatra dan dalam perjalanan ke Cina.
3.      Awal Masuknya islam ke Indonesia
Setelah kita melihat teori teori atau pendapat para ahli (Sejarah) yang beragam tentang masuknya islam ke Indonesia. Dari teori tersebut nampaknyak banyak mengatakan abad ke 7 – 13 M tentang masuknya islam ke Nusantara.
Dapat dikatakan, Masuknya islam ke indonesia berasal dari Arab, persia dan India. Setelah islam berkem di tanah Arab, sudah ada putusan di tanah Cina, yakni pada tahun 651 M.
Perutusan itu sampai di Cina melalui laut, yang mana mereka melalui Selat malaka dengan kemudian singgah di ujung utara pantai sumatra untuk mengisi perbekalan mereka. Kemungkinan besar datangnya islam pada saat itu, dan daerah yang mulai di datangi ialah pesisir Sumatra yang menghadap ke Selat Malaka.
Pada tahun 674 M, di Pantai Utara Aceh telah di temukan orang – orang Arab yang sudah memeluk agama Islam. Tujuan mereka adalah berdagang. Artinya pada abad ini para pedagang dan mubalig islam dari Arab telah menjajaki kaki bahkan mulai berdiam di pantai utara Aceh.
Selain itu ada sumber atau catatan dan pelawat- pelawat arab, misalnya saudagar Sulaiman yang telah mengunjungi Lamuri di pantai utara sumatra sekitar tahun 950 M.
Dengan demikian, sebagai langkah pertama telah di ambil kesimpulan
1.    Islam sudah masuk ke Aceh pada pertengahan abad ke 7 M atau 1 H.
2.    Dalam kerajaan lamuri yang di kunjungi saudagar nakhoda Arab Islam Sulaiman di pertengahan abad ke 9 M, dapat diyakini sudah ada di antaranya memeluk agama islam di wilayah itu.
3.    Masuknya islam ke daerah- daerah lain di indonesia.

Masuknya islam ke daerah – daerah di Indonesia antara lain:
a.       Sulawesi
Secara resmi Islam masuk ke Sulawesi Selatan pada permulaan abad ke 17 M. Yang mana agama Islam diterima oleh Raja Luwuk, pantai Timur Sulawesi Tengah (selatan) 1603 M dan Raja Gowa di Sulawesi Selatan dekat Ujung Pandang (1605). Memang Islam masuk ke Sul-sel agak terlalu lambat jika di bandingkan dengan daerah lain seperti Ternate, Hitu ambon (Maluku), Gorontalo, Buton, Muna, Kendari yang sudah memeluk Islam pada abad ke 15 M. Kemungkinan agama islam di bawa oleh orang – orang aceh yang sudah lama memeluk agama  Islam, dan pada waktu mereka berlayar untuk membeli rempah – rempah di Maluku.
            Masuknya agama Islam ke Sulawesi Utara khususnya Minahasa dimulai pada akhir abad ke 18 M. Yang membawanya ialah pejuang – pejuang dan kemerdekan yang dibuang Belanda dari Pulau Jawa, sumatra dan kalimantan. (Yusliani Noor. 2014:416).
b.      Kalimantan
masuknyanSilam di kalimantan tidak terpisahkan dengan peranan Kerajaan demak yang membantu Pangeran Samudera mengalahkan musuhnya, dalam perebutan kekuasanam kerajaan Banjar, dengan syarat, apabila menang nanti, akan masuk Islam beserta dengan seluruh rakyat kerajaan Banjar. Setelah disetujui dan kerajaan dibangun oleh Pangeran  Samudera dengan bantuan kerajaan Demak. Kemudian Pangeran Samudera mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah setelah masuk agama islam. Hal tersebut berlangsung sekitar abad ke 16 M (1524).
c.       Jawa
Ketika Kerajaan Majapahit masih berkuasa, pada saat itu yang berkembang adalah Hindu. Akan tetapi ketika pemerintah Hayam Wuruk di gantikan oleh Wikramawardhana dan Wirabhumi, telah menyebabkan perpecahan dalam tubuh Kerajaan Majapahit dan ditambah lagi sejak awal abad ke 15 M agam islam mulai masuk di daerah pesisir pantai Pulau jawa.
Agama islam masuk kedalam istana Majapahit melalui suatu perkawinan. Raja kertawijaya (1447-1461)M kawin dengan seorang putri Campa yang suka benaer memajukan agama islam. Saudara sepupunya Raden Rahmat besar pengaruhnya di lingkungan Istana Majaapahit. Dialah yang terkenal dengan Sebutan Sunan Ngampel.
Secara garis besar dapaat dikataakan bahwa penyebaran, pengembangan agama islam di pulau Jawa tidak bisa dipisahkan dengan Wali Songo atau sembilan Wali, mereka adalah :
1.        Maulana Malik Ibrahim, yang wafat 1419 M di Gresik.
2.        Sunan Bonang Putra Sunan Ngampe, mengajar di Bonang, dekat Tuban. Nama sebenarnya ialah Makdum Ibrahim.
3.        Sunan Drajat, atau masih putra Sunan Ngampel adik Sunan Bonang.
4.        Sunan Giri
5.        Sunan Gunung Jati atau Fatahillah yang dimakamkan di gunung jati, Cirebon
6.        Sunan Kalijogo, bertapa di dekat kalijogo Cerebon. Dianggap sebagai wali pelindung kerajaan-kerajaan Yohgya, dan Solo
7.        Sunan Kudus
8.        Sunan Muria dan Raden Prawoto
9.        Sunan Ngampel

d.      Islam ke Sumatra bagian Selatan
Ada beberapa sumber sejarah yang dapat menjelaskan tentang perkembangan agama islam di Sumatra bagian Selatan. Dikatakan bahwa palembang diislamkan dari malaka dan lampung diislamkan dari zman pemerintahan Sultan hasanudin (1550-1570) atau yang disebut Pangeran Sabukkingking putra Sunan Gunung Jati, pengislamannya di perkirakan 1414 M. (Yuslianir. 2014:419).

e.       Riau
Masuknya islam ke daerah Riau dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.        Abad ke 7 dan ke 8 M, dimana pedagang – pedagang Islam, datang ke daerah kuntu kampar dengan maksut hendak berdagang rempah rempah sambil menyiarkan agama Islam kepada penduduk.
2.        Abad ke 9 dan ke 10, 11, masa kekosongan tidak dijumpai lagipedagang arab dan Persia
3.        Abad ke 12, kembalinya pedagang Arab, Persia, Maroko, ke Riau. Islam tersebar dan melekat di hati anak negeri
4.        Abad ke 13 M, Sriwijaya (Budha) kian melemah, sebaliknya Islam naik lagi dengan pindahnya pusat kerajaan islam dari Bagdad ke Mesir (memeluk). Munculnya kerajaan-kerajaan islam di Riau, yaitu Kuntu Kampar
5.        Abad ke 14 dan ke 15 M, kerajaan islam Kuntu Kampar di taklukan oleh P. Adityawarman (Majapahit). Kemudian islam masuk dalam tahap ketiga yaitu dari Pasai juga Malaka. Pada masa kemegahan di Riau muncul kerajaan Islam Kunta Darussalam di Rokan dan kerajaan Siak di Gasib dibawah Sultan Ibrahim.
f.       Minangkabau
Masuknya islam ke Minangkabau diperkirakan pada pertengahan abad ke 14 dari Aceh. Ada juga keterangan yang mengatakan, asalanya dari Hindustan, yang dibawa orang ke Minangkabau melalui negeri Siak, di Timur Laut Minangkabau.
Keterangan lain  mengatakan, yang lebih dahulu membawa Islam ke Minangkabau ialah Syekh Abdul Rahman, berasal dari Bukit Tinggi yang berdagang ke Aceh, ketika dia pulang ke Minangkabau, lalu agama islam dikembangkannya.
Dengan demikian, kawasan Asia Barat Daya, melalui jalur perdagangan, telah melakukan aktivitas dagangnya di bandar – bandar niaga Nusantara. Mereka membawa ajaran Islam. Berdagang sambil berdakwah. Selain itu, islam juga asuk ke Nusantara melalui berbagai interaksi sosial yang intensif. Diantaranya melaui perkawinan, biokrasi pemerrintahan, tasawuf dan tarekat, pendidikan serta kesenian. Agama islam ternyata telah mampu merevitalisasi struktur kehidupan masyarakat Nusantara.

4.    Ibadah Haji
Penduduk indonesia mayoritas Islam. Salah satu kewajiban umat islam adalah menunaikan ibadah haji ke mekkah, jika mampu. Karena itu setiap setiap tahun semakin bertambah kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi bangsa indonesia, maka semakin meningkat jumlah umat islam yang menunaikan  haji dan umroh.
            Dengan tujuan agar dapat melaksanakan rukun islam terakhir maka bangsa indonesia tidak lepas kepentingannya dengan kawasan timur tengah atau Asia Barat Daya untuk menunaikan ibadah haji. (Yusliani. 2014:422).

5.      Kondisi Dan Situasi Politik Masa kedatangan Islam
Kekuasaan islam telah dirintis pada abad ke-7 dan ke-8 masehi, tetapi semua tenggelam dalam hegemologi maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu- Jawa seperti Singosari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini para pedagang dan mubaligh muslim membentuk komunitas-komunitas Islam. Mereka memperkenalkan islam yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat di antara sesama. Sementara ajaran hindu menekankan perbedaan derajat manusia.
Masuknya islam ke daerah – daerah di indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Datangnya orang-orang islam ke daerah-daerah yang baru disinggahi sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena pada awalnya mereka datang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada akhir abad ke-12 M, keraaan mulai memasuki masa kemunduran di bidang politik dan ekonomi. Kemunduran Sriwijaya ini dipercepat oleh usaha-usaha kerajan Singasari yang sedang bangkit di jawa. Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan oleh pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdaganga. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul, dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam, yaitu Kerajaan Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh. Deerah ini sudah disinggahi pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses islamisasi tentu telah berjalan di sana sejak abad itu. Bail dalam bidang politik maupun perdagangan.
Kita telah mengetahui bahwa dalam masa kedatangan dan penyebaran islam, di indonesia terdapat negara-negara yang bercorak Hindu-budha. Di sumatra terdapat kerajaan Sriwijya dan melayu, di jawa terdapat Majapahit dan Sunda-pajajaran, di Kalimantan terdapat kerajaan Negara daha dan Kutai. di bali kerajan bercorak hindu masuh terus sampai abd ke 20.
Pada waktu itu dibeberapa daerah lainnya masih terdapat banyak kerajaan yang sedikit atau sama sekali tidak mendapat pengaruh dari kerajaan hindu seperti Gawo, Wajo, Bone dan lain lainnya. Seperti di beritakan oleh tome pire (1512-1215), disana terdapat lebih kurang 50 kerajaan yang subur, tetapi masih berhala. (Poesponegoro. 2011:20)
Dari pelayaran dan perdagangan dapt kita ketahui adanya suatu struktur sosial, hubungan satu dengan lain, pengaruh kebudayaan yang dibawa oleh orang-orang india terutama golongan brahmana lebih meresap ke golongan elite dan bangsawan daripada masyarakat umum.
Bahasa-bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia pada waktu sebelum dan masa kedatangan serta penyebaran Islam bermacam-macam. Di jawa behasa yang dipergunakan adalah jawa kuno, sunda kuno,dan di daerah-daerah sumatra dan semenanjung melayu dipergunkan bahasa melayu. Salain itu terdapat hasa lain yaitu batak, kubu, nias, minangkabau, dan padang. Hampir setiap suku bangsa memakai bahasnya sendiri.
Kemunduran Sriwijaya disebabkan faktor politik ekspansi dari kerajaan Singasari dan majapahit, di samping kemungkinan peluasan pengaruh cina dan kerajaan-kerajaan di dataran asia tenggara. Untuk majapahit faktor politik dalam negeri sendiri, yaitu pemberontakan dan sengketa di anggota keluarraja dalam perebutan kekuasaan.
Keguncangan dalam kehidupan politik dan ekonomi mengakibatkan pula keguncangan pada kehidupan sosial budaya. Sementara itu, dalam suasana politik yang kacau, banyak pedagang muslim yang mengunjungi nusantara mereka juga berdiam di perkampungan-perkampungan. Sudah tentu diantara meraka terdapat orang kaya, dan orang muslim tersebut menerima dan memakai bahasa penduduk setempat. Mereka juga menerima adat kebiasaan setempat, dan melakukan perkawinan dengan perempuan-perempuan setempat yang meraka islamkan.
Untuk kepentingan pribadi atau untuk sebab-sebab lain, mereka mencari budak-budak tersebut menjadi muslim. Dengan cara ini, tiap keluarga muslim menjadi keluarga inti masyarakat muslim dan pusata kegiatan peng-islam-an. Dengan cara perkawinan pula islam memasuki lapisan masyarakat bangsawan. Kemudian orang-orang di daerah sekitar tertari akan islam karena pedagang-pedagang muslim dapat menunjukkan sifat-sifat dan tingkah laku yang baik dan pengetahuan keagamaan yang tinggi.
Rakyat umumnya memandang pemimpin-pemimpin dan bangsawan-bangsawannya sebagai contoh-contoh yang baik untuk di ikuti. Dengan demikian, apabila seorang pemimpin atau bangsawan memeluk agama islam maka rakyat mengikutunya, karna islam tidak mengenal kasta dan tidak mengenal golongan dalam masyarakat. (Poesponegoro. 2011:20)
Jelaslah bahwa islamisasi di indonesia terjadi dan dipermudah karena ada dua pihak, yakni orang muslim yang datang mengajarkan agam islam dan golongan dan golongan masyarakat islam di indonesia sendiri yang menerimanya.
Karena kekacauan dalam negeri sendiri akibatnya perebutan kekuasaan di istana, kerajaan Singasari, juga pelanjutnya Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah Melayu dan Malaka dengan baik, sehingga kerajaan Samudra Pasai dan Malaka dapat berkembang dan mencapai puncak kejayaannya hingga abad ke-16 M. (Poesponegoro.2011:20)
Akhirnya kerajaan Sriwijaya, Singasari dan majapahit menjadi melemah dan tidak memiliki kekuatan yang berarti.
Tidak lama kemudian muncul beberapa kerajaan islam yang juga bersama dalam pengembangan agama Islam di Indonesia, yaitu kemudian di teruskan kerajaan Aceh Darusalam (abad ke-15). (Munir. 2014:310)
            Setelah kedatangan islam, terjadi proses penyebaran dan akibatnya tumbuh dan berkembanglah kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Indonesia kerajaan-kerajaan Islam itu tumbuh dan berkembang di berbagai daerah, yaitu di Sumatra, Jawa, Nusan Tenggar, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan (Poesponegoro, 2011:21) 
      Sepanjang pantai pesisir barat sumatra dan pesisir selat malaka telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun kecil. Kerajaan kerajaan tersebut, antara lain aceh, bican, lambri, pedir, pirade, pase aru, arcat, rupat, siak, kampar, tongkal, indragiri, jambi, palembang, andalas, pariaman, minangkabau, tiku, panchur, barus, dan lainnya.kerajaan kerajaan tersebut ada yang tengah mengalami pertumbuhan dan ada pula yang mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan yang lainnya. (Poesponegoro. 2011:20)

B.     KESIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada  sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil tes maka ada pengaruh hubungan antara kawasan asia barat daya (islam)  dengan nusantara terhadap kondisi situasi politik pada kerjaan-kerajaan islam di indonesia pada abad ke 7 sampai abad 16-an. Hal ini dapat dilihat dari adanya hubungan dagang dan  Masuknya islam ke daerah – daerah di indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Datangnya orang-orang islam ke daerah-daerah yang baru disinggahi sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena pada awalnya mereka datang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada akhir abad ke-12 M, keraaan mulai memasuki masa kemunduran di bidang politik dan ekonomi. Kemunduran Sriwijaya ini dipercepat oleh usaha-usaha kerajan Singasari yang sedang bangkit di jawa. Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan oleh pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdaganga. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul, dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam, yaitu Kerajaan Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh. Deerah ini sudah disinggahi pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses islamisasi tentu telah berjalan di sana sejak abad itu. Bail dalam bidang politik maupun perdagangan. Masuknya islam ke daerah – daerah di indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Datangnya orang-orang islam ke daerah-daerah yang baru disinggahi sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena pada awalnya mereka datang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada akhir abad ke-12 M, keraaan mulai memasuki masa kemunduran di bidang politik dan ekonomi. Kemunduran Sriwijaya ini dipercepat oleh usaha-usaha kerajan Singasari yang sedang bangkit di jawa. Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan oleh pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdaganga. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul, dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam, yaitu Kerajaan Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh. Deerah ini sudah disinggahi pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses islamisasi tentu telah berjalan di sana sejak abad itu. Baik dalam bidang politik maupun perdagangan.

DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2013. Jaringan Ulama. Jakarta : Kencana.
Noor, Yusliani. 2014. Sejrah Timur Tengah. Yogyakarta : Ombak.
Amin, Samsul Munir. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.
Poesponegoro, Marwati Djoened. 2011. Sejarah Nasional indonesia III. Jakarta : Balai
Pustaka.

No comments:

Post a Comment

A History Of Historical Writing (Sebuah Sejarah Penulisan)

Sejarah Berikut adalah poin utama yang telah kita berusaha untuk membangun sejauh dalam bab ini: Sejarah baru lebih dari konsepsi baru ...