Rahman Abidin
2014131017
Priyayi
merupakan identitas yang membedakan sosial-kultural seseorang. menurut para
ahli Van Niel priyayi merupakan pejabat-pejabat administrasi kolonial Belanda,
sedangkan Palmier asal keturunan itu menjadi asal keturunan unsur kepriayian
menentukan. Dalam membedakan priyayi di jawa priyayi di bedakan 2 priyayi luhur
dan priyayi cilik. Priyayi luhur priyayi yang sebenarnya dan dapat di lihat
dari jabatan ayahnya asal keturunan ibunya dan asal keturunan istrinya
sedangkan priyayi kecil ialah priyayi karena jabatan pada atministrasi
pemerintahan. Perbedaaannya dapat di lihat dari rumah tempat tinggalnya,
pakaiannya dan gaya hidupnya.
Peradaban
priyayi berkembang pada abad ke 19 yang mana memuncaknya kekuasaan pemerintah
Kolonial sampai keruntuhannhya, bersama perkembangan itu terjadilah proses
modernisasi yang menuntut adaptasi dari masyarakat jawa.
Proses
adaptasi masa transisi dari masyarakat tradisional ke modern. Telah terjadi
penuh dengan hambatan dari kekuatan konservatif. Selama kehidupan masyarakat
masih didominasi oleh kaum birokrat dengan kepemimpinannya yang polimorfik
serta otoritas tradisional, maka golongan priyayi berfungsi sebagai elit
birokrasi yang menentukan pola hidup masyarakat jawa.
Dalam
perkembangannya priyayi tidak mempu mengontrol gaya hidupnya dengan
mangadaptasikan atau mengasimilasi diri pada peradaban elit lamanya, oleh
karena itu timbuk pergeseran stratifikasi sosial yang mulai kehilangan
kewibawaannya bersama dengan merosotnya kedudukan politik sehingga peradaban
ini tidak lagi merupakakn fokus identitas suatu golongan.
Selanjutnya
dinamika dan mobilitas sosial dengan sendiri melepaskan kekuatan-kekuatan
sosial yang menentang dari unsur-unsur pokok dari peradaban priyayi. Semakin
lama semakin gencar erosi yang dihadapi peradaban priyayi.
No comments:
Post a Comment