KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas
terselesainya makalah ini, selawat dan salam tak lupa kami sanjungkan kepada
Nabi.Muhammad Swa.
Makalah ini kami susun dengan tujuan agar memudahkan
kita dalam proses belajar mengajar, guna menambah wawasan bagi rerkan-rekan
sehingga kita semua mampu untuk berfikir agar menjadi lebih maju.
Terima kasih kepada Bapak Nur syarifudin M.Pd selaku
dosen pembimbing kami, terima kasih pula kepada rekan-rekan yang telah
berpartisipasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula
dengan makalah ini, masih jauh dari ke sempurnaan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang dapat membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULAUAN
A.
LATAR BELAKANG
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke
beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem
ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam
bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut
Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para
pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre
Leroux dan J. Regnaud dalam l’Encyclopédie Nouvelle. Penggunaan istilah
sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh
berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari
pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad
ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem
ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya
segelintir elite.
Munculnya
Negara-negara merdeka di Eropa (Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Belanda). Negara
tersebut ingin mempertahankan kedaulatan, kebebasan, dan kesejahteraan
rakyatnya. Diperlukan kondisi
perekonomian yang kuat agar tetap mampu bertahan. Ditetapkan logam mulia sebagai standart ukuran
kekayaan suatu Negara. Dibuka jaringan
perdagangan, diadakan pelayaran serta eksplorasi ke wilayah-wilayah baru
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
Pengertian teori Sosialisme dan Merkantilisme?
2. Unsur
Apa saja yang terdapat dalam teori sosialisme dan Merkantilisme ?
3. Bagaimana
teori politik Sosialisme dan Merkantilisme?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN SOSIALISME DAN MERKANTILISME
a. Pengertian Sosialisme
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis
sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di
Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang
masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama
terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi
diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya
memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Dalam arti tersebut ada empat
macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3)
anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul
kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan
politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx,
Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat
menentukan jalannya sejarah umat manusia.
Bentuk lain adalah sosialisme
Fabian yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu transisi
konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada
Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan
pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan
semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan kondisi
kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang
didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari kelompok
intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb,
Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir, 1988:90).
Istilah “ sosialis” atau
negara sosial demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang menganut paham
sosialisme “ moderat” yang dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan
lain bagi “komunisme”. Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses
perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya menganut paham
liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat) (
Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling menonjol antara
sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah sosial demokrat
melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme
melalui revolusi.
Sosialisme adalah ajaran
kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai
sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya
Indra, 1979: 309). Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan
istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik,
baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis
(1848). Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan
”komunisme” secara bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn
sebab Marx ingin membedakan teorinya yang disebut “sosialisme ilmiah” dari “
sosialisme utopia” untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga
karena latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti
“sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991:
127).
Dalam perkembangannya, Lenin
dan Stalin berhasil mendirikan negara “komunis”. Istilah “sosialis” lebih
disukai daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan
kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah Negara
komunis atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa
transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati istilah resmi
yang mereka pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di
luar “Negara sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap
memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai sosialis di
Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).
Dengan demikian dapat
dikemukakan, sosialisme sebagai idiologi politik adalah suatu keyakinan dan
kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan
terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi,
persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.
b. Pengertian Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang
menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya
aset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya
volum perdagangan global teramat
sangat penting. Aset ekonomi atau modal negara dapat digambarkan secara nyata
dengan jumlah kapital (mineral berharga, terutama emas maupun komoditas
lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar jumlahnya
dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga neraca
perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme mengajarkan
bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan
perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong eksport (dengan banyak
insentif) dan mengurangi import (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang
besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang
dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.
Ajaran
merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal
periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara
sudah mulai timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi
suatu negara dalam mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula
sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori
merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan dikalangan negara
Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme
mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya teori ekonomi
baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, ketika
sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu adalah negara
industri terbesar di dunia.
2. UNSUR-UNSUR PEMIKIRAN POLITIK SOSIALISME DAN
KAPITALISME
a.
Unsur – unsur pemikiran
politik Sosialisme
Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya, hal ini
mungkin karena kaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat keyakinan dan
doktrin tertentu. Apalagi sosialisme telah berkembang di berbagai Negara dengan
tradisi nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan
garis kebijakan partai sosialis yang bersifat mengikat, namun garis-garis besar
pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak dari tulisan-tulisan ahli
sosialis dan kebijakan partai sosialis. Apa yang muncul dari pemikiran dan
kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan kelemahan
utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa system itu tidak memiliki
doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan
dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur pemikiran dan
politik sosialis yang rumit dan saling bertentangan dengan jelas tergambar
dalam gerakan sosialis Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam gerakan sosialis
Inggris adalah:
(1). Agama
(2) Idealisme Etis dan Estetis
(3) Empirisme Fabian
(4) Liberalisme (Willian
Ebenstein,1985:188).
b. Unsur-unsur Dalam
Merkantilisme
1. Bertambahnya
logam mulia seperti perak dan emas.
2. Praktek
momopoli yang dilakukan oleh dunia swasta paupun peran Negara.
3. Jumlah
barang di dalam negeri menjadi langka oleh karena sebagian hasil produksi di
ekspor.
4. Pola
hidup mewah kalangan bangsawan dan raja-raja.
5. Menurunnya
nilai mata uang logam karena isi karat yang terkandung di dalamnya dikurangi
atau dipermainkan.
3. TEORI POLITIK SOSIALISME DAN MERKANTILISME
1. Sosialisme
Sosialisme mengajari kita
untuk bertenggang rasa, mengajari kita untuk merasa dalam diri orang lain,
memaknai hidup kita dalam hidup orang lain. Berbuat demi komunitas, mengabdi
demi komunitas, berkarya demi komunitas. Sosialisme (pada sisi tertentu) menganggap
bahwa “kita semestinya hidup demi orang lain, dan sebaliknya orang lain harus
hidup untuk kita”. Sosialisme begitu sangat mencintai solidaritas dan
kekompakan komunitas. Kata Marx, “setiap orang bekerja sesuai kemampuannya, dan
setiap orang diberi sesuai kebutuhannya”. Sebuah konsep hidup yang mengindikasi
makna keluhuran yang sesungguhnya, sebuah konsep hidup yang mengisyaratkan
bahwa sesungguhnya semua manusia harus berbuat adil dan setimpal kepada sesama,
sebuah konsep hidup yang menghendaki adanya kesejahteraan kepada semua, jangan
ada manusia yang mengeksploitasi manusia yang lain.
Semua manusia harus berada
pada strata kelas yang sama, tidak ada yang berada pada kelas atas, dan tidak
ada yang berada pada kelas bawah. Semuanya terspesialisasi pada beragam
kelompok profesi, tapi tetap menjaga keutuhan komunitas dengan mengarahkan
tujuan pada kepentingan bersama. Mungkin inilah yang dimaksud dalam istilah
sosiologi sebagai diferensiasi sosial, individu-individu terfragmentasi dalam
beberapa kelompok sosial yang didasarkan atas profesi masing-masing (tertentu),
tapi pengelompokan ini sungguh nyata, ada tanpa aroma kelas. Artinya, tidak ada
ciri hierarki atau perjenjangan, bahwa individu atau kelompok yang satu berada
pada posisi yang lebih tinggi dan mendominasi kenyataan hidup individu atau
kelompok masyarakat yang lain.
Sosialisme mengamanahkan
pengelolaan dan kontrol produksi kepada negara. Negara menjadi salah satu
instrument yang bersifat memaksa untuk mengendalikan seluruh proses produksi
sampai pada distribusi ekonomi. Konsep ini pernah digunakan oleh Lenin pasca
kemenangan kaum Bolshevyk di Russia tahun 1917 yang berimplikasi pada
perlawanan para petani dan peternak yang tetap mengehendaki agar hasil
pertanian dan peternakan mereka tetap dikelola oleh masing-masing individu
pemilik (meskipun tanah pada saat itu telah di rampas oleh negara dari kaum
borjuis bangsawan dan dibagi-bagikan kepada petani), perlawanan ini lalu
dijawab dengan lantang oleh Lenin dengan kebijakan “tangan besi”nya. Sosialisme
lalu mencita-citakan terhapusnya negara, dan menghendaki kembalinya masyarakat
pada pengelompokan yang lebih tepat kita sebut sebagai masyarakat “komunisme
primitif”. Tapi perlu di catat bahwa, meskipun revolusi bolshevyk berhasil,
akan tetapi menurut Lenin, negara (untuk sementara waktu) masih diperlukan
karena beberapa alasan (yang tidak perlu penulis sebutkan, karena jika
disebutkan, akan kembali membutuhkan penjelasan tambahan yang lebih panjang
lebar lagi).
Akan tetapi, sungguh miris dan
pilu. Ternyata sosialisme tidak memberi implikasi yang positif terhadap
perkembangan dan kemajuan masyarakat. Sosialisme justru berisi “statisme”
bahkan degradasi dan keterbelakangan yang teramat parah. Karena sosialisme
tidak suka dengan persaingan, sosialisme hanya mencintai watak Kooperatif dan
membenci kompetisi. Ini menafikkan watak alamiah manusia yang sesungguhnya suka
perang, persaingan, dan kompetisi. Kehidupan adalah konflik, dan dalam tiap
detailnya, manusia mengaktualisasikan dirinya.
2.
SISTEM POLITIK EKONOMI MERKANTILISME
Merkantilisme merupakan sebuah garis pemikiran ekonomi
dengan teori perdagangan baru. Pham ini mengutamakan aspek modal dan aset
yang dimiliki sebagai parameter penilaian kemakmuran atau tidaknya suatu
negara. Kebijakan ekonomi Merkantilisme sendiri berkembang dengan pesat pada
abad ke 16 -18 di Eropa.
Secara fundamental, tujuan utama dari diterapkannya
teori ekonomi merkantilisme adalah membentuk secara absolut segi kepentingan
politik ekonomi negara nasionalis untuk mencapai tingkat yang maksimum dengan
cara meningkatkan komoditas ekspor dalam meningkatkan jumlah logam mulia
seperti emas dan perak sehingga tujuan tersebut dapat mendorong neraca
perdagangan aktif dan negara nasionalis memperoleh keuntungan yang besar. Hal
ini juga merupakan upaya preventif agar tindakan impor tidak terjadi karena
perspektif dalam ekonomi politik Merkantilis menegaskan bahwasanya volume dan
nilai ekspor harus melebihi impor.
Intervensi pemerintah tentu tidak terlepas dari
kegiatan ekonomi Merkantilis, mereka mengendalikan produktivitas, baik monopoli
terhadap PERDAGANGAN maupun mekanisme pertumbuhan industri. Kapabilitas
Merkantilisme dalam menjalankan aktivitas ekspor tidak berhenti pada regulasi
yang tetap. Para Merkantilis menyadari disamping ekspor yang mereka lakukan
dalam ekspansi perdagangan internasional akan meningkatkan komoditi berupa
logam mulia, otomatis jumlah uang yang beredar juga akan semakin meningkat dan
ini cenderung memicu kenaikan inflasi. Ini memberikan tanda bahwa tidak menutup
kemungkinan kapasitas ekspor mereka nantinya akan berkurang.
Konklusinya, Merkantilisme menekankan pada 2 hal yang
signifikan yaitu sifatnya yang zero-sum dan kompetisi nya yang konfliktual.
Dalam arti, ketika kepentingan negara nasionalis mencapai hasil sesuai
ekspektasi, keuntungan suatu negara nasionalis adalah kerugian bagi negara yang
lain dimana yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin akan menjadi semakin
miskin.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology
politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik
akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh
, maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme
terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia , sosialisme ilmiah
yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya
atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme ,Febianisme ,
dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi
yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana
tergambar di Inggris mencakup :
(a) agama .
(b) idealisme etis dan estetis
.
(c) empiris Fabian
(d) liberalisme .
Pada intinya ide pokok merkantilisme yaitu:
a.
Suatu negara akan makmur dan kuat bila ekspor lebih besar dari impor
b.
Surplus yang diperoleh dari selisih ekspor dan impor (ekspor netto) yang
positif akan dibayar dengan logam mulia (emas dan perak). Dengan demikian
semakin besar ekspor netto maka akan semakin banyak logam mulia yang diperoleh
dari luar negeri.
c.
Pada waktu itu logam mulia digunakan sebagai alat
pemba-yaran,sehingga negara yang memiliki logam mulia yang banyak akan menjadi
makmur dan kuat
d.
Logam mulia yang banyak tersebut
dapat digunakan untuk membiayai armada perang guna
memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran agama
e.
Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas per-dagangan luar
negeri diikuti dengan kolonisasi diAmerika Latin, Afrika dan Asia
Pendukung
utama keompok merkantilis murni adalah Thomas Mun di Inggris, Colbert di
Perancis sehingga merkantilis di Perancis dinamakan colbertisme yang lebih
menitik beratkan pada perkembangan industri dalam negeri daripada perda-gangan
internasional, Von Hornigh dan Becker di Jerman dan Austria dan sistemnya
disebut sebagai cameralisme.
B.
KRITIK DAN SARAN
Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya,
jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan
dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku ilmiah dan buku-buku filsafat
lainnya yang berkaitan dengan judul “ Sosialisme
Merkantilisme ”.
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami.
Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat
mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lyman Tower Sargent . ( 1984) . Ideologi
–Ideologi Politik Kontemporer . Alih Bahasa AR Henry Sitanggang.
Jakarta : Erlangga.
2. Miriam Budiardjo . ( 1981) . Dasar-Dasar
Ilmu Politik . Bandung Alumni .
3. Prof. DR. KAELAN, M.S. (2010). Pendidikan
Pancasila. Yogyakarta:Paradigma.
4. rahmanabidin.blogspot.com
No comments:
Post a Comment