Friday, May 1, 2015

DINASTI MUGHAL (INDIA)

DINASTI MUGHAL DI INDIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Peradaban Islam di Asia Selatan dan imperalisme yang mencakup Dinasti Mughal di India merupakan wilayah dengan kesatuan geografis. Tetapi di dalam sejarah peradaban ini penuh dengan pertentangan. Hal ini disebabkan kenyataan bahwa masyarakat di wilayah Mughal ini terdiri dari berbagai golongan dan ras yang melahirkan keturunan, bahasa, kebudayaan, dan kepercayaan yang berbeda-beda pula. Kondisi yang demikian ini mengakibatkan wilayah Mughal ini mudah untuk di tundukkan oleh kekuatan lain.
Sejarah peradaban Islam di wilayah Mughal ini sejak abad ke-16 M yang wilayahnya meliputi Mughal di India, Pakistan, Bangladesh, serta gambaran Islam di Srilanka dan kepulauan Maladewa. Disamping itu juga, akan dipaparkan politik dan pemerintahan, paradaban dan kebudayaan, masuknya imperalisme barat, serta sikap Islam terhadap kedatangannya.
B.     Pokok Pembahasan
1.      Sejarah berdirinya Dinasti Mughal di India
2.      Politik dan sistem pemerintahan Islam pada masa Dinasti Mughal di India
3.      Peradaban dan Kebudayaan pada  masa Dinasti Mughal di India
4.      Runtuhnya Dinasti Mughal di India





BAB II
PEMBAHASAN
1.      Berdirinya Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 953 H/ 1526 M, dan berakhir pada tahun 1274 H/ 1857 M. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur (1526-1530 M), yang merupakan keturunan dari Timur Lenk (dari pihak ayah) dan Jenghis Khan (dari pihak ibu)[1]. Kekuasaannya di India dimulai dengan menundukkan penguasa setempat, yaitu Ibrahim Lodi dengan bantuan Alam Khan (paman Lodi) dan Gubernur Lahore. Kemudian ia berhasil menguasai Punjab dan meneruskannya ke Delhi. Sejak saat itu Babur berhasil menguasai India dan mendirikan Dinasti Mughal yang beribukota di Delhi.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Diantara tiga kerajaan besar tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Awal kekuasaan Islam di wilayah India ini terjadi pada maasa Khalifah Al Walid[2].
2.      Politik dan Sistem Pemerintahan Islam Pada Masa Dinasti Mughal di India
Sultan-sultan yang menjadi penguasa kerajaan Mughal di India:
1.      Zahiruddin Babur             (1526-1530 M)
2.      Nashiruddin Humayun     (1530-1540 M)
3.      Akbar Khan                      (1556-1605 M)
4.      Juhangir                             (1605-1628 M)
5.      Shah Jahan                        (1627-1658 M)
6.      Aurangzeb                         (1658-1707 M)
7.      Bahadur Syah                   (1707-1712 M)
8.      Jhandar Shah                     (1712-1713 M)
9.      Azi-Us-Shah                     (1713 M)
10.  Farukh Syiyar                    (1713-1719 M)
11.  Muhammad Shah              (1719-1748 M)
12.  Ahmed Shah                     (1748-1754 M)
13.  Alamgir II                         (1754-1759 M)
14.  Sah Alam                          (1759-1806 M)
15.  Akbar II                            (1806-1837 M)
16.  Bahadur Syah                   (1837-1858 M)
Setelah kerajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur, namun pasukan Hindu ini dapat dikalahkan oleh Babur. Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun, setelah memerintah selama 30 tahun. Dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang.
Setelah Babur meninggal, pemerintahannya digantikan oleh putranya yang bernama Humayun. Beliau memerintah selama 9 tahun (1539-1539 M). Dalam masa pemerintahannya, terdapat banyak tantangan dan negaranya tidak pernah aman. Tantangan yang dihadapi diantaranya pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai.
Pada tahun 1540 terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Qanuj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Qandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ini ia menyusun kembali tentaranya, kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan  raja Persia, Tahmasp[3].
Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555. Setahun setelah itu (1556), ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya[4].
Humayun digantikan oleh anaknya, Akbar Khan yang masih berusia 15 tahun. Karena usianya masih muda, maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan. Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya.
Sistem pemerintahan Akbar ialah Militeristik. Pemerintah pusat dipegang oleh raja. Pemerintah daerah dipegang oleh Sipah Salar atau Kepala Komandan. Sedangkan Sub Distrik dikepalai oleh Faudjar atau Komandan. Disamping itu Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal yang memandang semua rakyat sama derajatnya[5].
Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilahi, yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya ialah kepentingan stabilitas politik.
Penguasa Mughal selanjutnya adalah Jahangir, putera dari Akbar. Masa pemerintahannya kurang lebih 23 tahun (1605-1628 M). Beliau adalah penganut Ahlussunnah Wal Jamaah, sehangga Din-i-Illahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya. Jahangir meninggal pada tahun 1627, kemudian Kurram naik tahta dan bergelar Abu Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jahan Padshah Ghazi.
Shah Jahan memerintah selama 30 tahun (1627-1658 M). Dalam masa pemerintahannya diwarnai dengan timbulnya pemberontakan dan perselisihan dikalangan keluarganya sendiri. Pada awal pemerintahannya terjadi dua pemberontakan, yaitu pemberontakan raja Jhujar Singh Bundela dan Afghan Pir Lodi yang bergelar Khan Jahan. Namun keduanya dapat dipadamkan berkat keberanian Aurangzeb, putra ketiganya.
Prestasi Aurangzeb membuat iri saudaranya yang lain, terutama Dara, kakak tertuanya. Aurangzeb menjadi penguasa Mughal setelah berhasil memenangkan perang saudara. Masa pemerintahannya berlangsung mulai tahun 1658-1707 M. Dia bergelar Alamgir Padshah Ghazi. Dia adalah penguasa yang berani dan bijak. Di akhir pemerintahannya dia berhasil menguasai Deccan, Bangladesh dan Aud.
Sistem yang dijalankan Aurangzeb banyak berbeda dari pendahulunya. Diantara kebijakannya adalah melarang minuman keras, perjudian, prostitusi, dan penggunaan narkotika. Kemudian dia juga mengeluarkan dekrit yang isinya tidak boleh memaksa wanita untuk Satidaho (pembakaran diri seorang janda yang ditinggal mati suaminya, tanpa kemauan yang bersangkutan).
Tindakan Aurangzeb di atas menyulut kemarahan orang-orang Hindu. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan pemberontakan dimasanya. Pemberontakan terbesar adalah dari kerajaan Maratha yang dipimpin rajanya sendiri, Shivaji Punsala, namun usaha mereka tetap gagal untuk mengalahkan Aurangzeb.
Meskipun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat dipadamkan, tetapi tidak sepenuhnya tuntas. Ibarat api dalam sekam, semangat perlawanan dari orang-orang Hindu tetap membara. Hal ini terbukti ketika Aurangzeb meninggal (118 H/1707 M).
Penguasa-penguasa Mughal setelah Aurangzeb tidak berdaya dan tidak mampu mengembalikan supremasi Mughal. Penguasa-penguasa Mughal setelah Aurangzeb antara Lain: Bahadur Syah, Jhandar Shah, Azim-us-Shah, Farukh Syiyar, Muhammad Shah, Ahmed Shah, Alamghir, dan Shah Alam.
3.      Peradaban dan Kebudayaan Pada Masa Dinasti Mughal di India
a.       Bidang Politik dan Militer
Sistem yang menonjol pada masa Dinasti Mughal di India adalah politik Sulh-e-Kul atau toleransi Universal. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas dari masyarakat India beragama Hindu. Sedangkan kerajaan Mughal sendiri beragama Islam. Lembaga dari sistem ini adalah Din-i-Ilahi dan Mansabdhari.
Di bidang militer, Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Terdiri atas pasukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi distrik yang dikepalai oleh Sipah Salar dan Subdastrik dikepalai oleh Faudjar.
b.      Bidang Ekonomi
Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian. Setiap komunitas petani dipimpin oleh Makaddam. Pemerintah juga memajukan industri  Tenun. Hasil industri ini banyak di ekspor ke luar negeri.
c.       Bidang Seni dan Arsitektur
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan bisa dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni.
Dalam bidang Sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang di ubah dari bahasa Persia ke bahasa India. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik Muhmmad Jayashi, dengan karya Madmavat.
d.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Sejak berdiri, banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan, bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan[6]. Di bidang ilmu agama berhasil di kodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa-i-Alamgiri[7].
4.      Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Mughal di India
Setelah satu setengah abad Dinasti Mughal di India berada pada puncak kejayaannya, para prajurit Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini mengalami masa-masa kemunduran. Kekusaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinannya ditingkat pusat menjadi ajang perebutan. Gerakan separatis Hindu di India Tengah dan Islam dibagian timur semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya di izinkan oleh Jahangir menanamkan modal di India, didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.

Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran kekuasaan Dinasti Mughal di India, yaitu:
1.      Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer Inggris diwilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan Maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2.      Kemerosotan moral dan gaya hidup mewah dikalangan Elit-politika, yang mengakibatkan pemborosan  dalam penggunaan uang Negara.
3.      Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya sehingga konflik antar Agama sangat sukar di atasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.      Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.




BAB III
KESIMPULAN
            Kerajaan Mughal di India yang didirikan pada tahun 932 H/1526 M, dan berakhir pada tahun 1274 H/ 1857 M. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur.
            Pada masa pemerintahan sultan-sultannya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
            Berdirinya Dinasti Mughal di India terdapat banyak sekali pemborontakan, terutama pemberontakan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Hindu. Namun, Dinasti Mughal tetap dapat mempertahankan kejayaannya.
            Politik dan sistem pemerintahan dari sultan-sultan Dinasti Mughal berbeda-beda. Meskipun berbeda-beda, Dinasti Mughal tetap pada puncak kejayaannya.
            Peradaban dan kebudayaan Dinasti Mughal di antaranya:
·         Bidang Politik dan Militer
·         Bidang Ekonomi
·         Bidang Seni dan Arsitektur
·         Bidang Ilmu Pengetahuan
            Setelah sekian lama Dinasti Mughal dalam masa kejayaan, masa-masa kemunduranpun mulai terlihat. Salah satu penyebab kemundurannya adalah kemerosotan moral dan gaya hidup mewah dikalangan Elit-Politika, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.











DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi, 2004.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persad 

No comments:

Post a Comment

A History Of Historical Writing (Sebuah Sejarah Penulisan)

Sejarah Berikut adalah poin utama yang telah kita berusaha untuk membangun sejauh dalam bab ini: Sejarah baru lebih dari konsepsi baru ...