DINASTI MUGHAL DI INDIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban Islam di Asia Selatan dan imperalisme yang mencakup Dinasti
Mughal di India merupakan wilayah dengan kesatuan geografis. Tetapi di dalam
sejarah peradaban ini penuh dengan pertentangan. Hal ini disebabkan kenyataan
bahwa masyarakat di wilayah Mughal ini terdiri dari berbagai golongan dan ras
yang melahirkan keturunan, bahasa, kebudayaan, dan kepercayaan yang
berbeda-beda pula. Kondisi yang demikian ini mengakibatkan wilayah Mughal ini
mudah untuk di tundukkan oleh kekuatan lain.
Sejarah peradaban Islam di wilayah Mughal ini sejak abad ke-16 M yang
wilayahnya meliputi Mughal di India, Pakistan, Bangladesh, serta gambaran Islam
di Srilanka dan kepulauan Maladewa. Disamping itu juga, akan dipaparkan politik
dan pemerintahan, paradaban dan kebudayaan, masuknya imperalisme barat, serta
sikap Islam terhadap kedatangannya.
B. Pokok Pembahasan
1. Sejarah berdirinya
Dinasti Mughal di India
2. Politik dan sistem
pemerintahan Islam pada masa Dinasti Mughal di India
3. Peradaban dan
Kebudayaan pada masa Dinasti Mughal di India
4. Runtuhnya Dinasti
Mughal di India
BAB II
PEMBAHASAN
1. Berdirinya Kerajaan
Mughal di India
Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 953 H/ 1526 M, dan berakhir pada tahun
1274 H/ 1857 M. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur (1526-1530 M),
yang merupakan keturunan dari Timur Lenk (dari pihak ayah) dan Jenghis Khan
(dari pihak ibu)[1].
Kekuasaannya di India dimulai dengan menundukkan penguasa setempat, yaitu
Ibrahim Lodi dengan bantuan Alam Khan (paman Lodi) dan Gubernur Lahore.
Kemudian ia berhasil menguasai Punjab dan meneruskannya ke Delhi. Sejak saat
itu Babur berhasil menguasai India dan mendirikan Dinasti Mughal yang
beribukota di Delhi.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi.
Diantara tiga kerajaan besar tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Awal
kekuasaan Islam di wilayah India ini terjadi pada maasa Khalifah Al Walid[2].
2. Politik dan Sistem
Pemerintahan Islam Pada Masa Dinasti Mughal di India
Sultan-sultan yang menjadi penguasa kerajaan Mughal di India:
1. Zahiruddin
Babur
(1526-1530 M)
2. Nashiruddin
Humayun (1530-1540 M)
3. Akbar
Khan
(1556-1605 M)
4. Juhangir
(1605-1628 M)
5. Shah
Jahan
(1627-1658 M)
6. Aurangzeb
(1658-1707 M)
7. Bahadur
Syah
(1707-1712 M)
8. Jhandar
Shah
(1712-1713 M)
9. Azi-Us-Shah
(1713 M)
10. Farukh
Syiyar
(1713-1719 M)
11. Muhammad
Shah
(1719-1748 M)
12. Ahmed
Shah
(1748-1754 M)
13. Alamgir
II
(1754-1759 M)
14. Sah Alam
(1759-1806 M)
15. Akbar
II
(1806-1837 M)
16. Bahadur
Syah
(1837-1858 M)
Setelah kerajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu di seluruh India menyusun
angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur, namun pasukan Hindu ini dapat
dikalahkan oleh Babur. Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48
tahun, setelah memerintah selama 30 tahun. Dengan meninggalkan
kejayaan-kejayaan yang cemerlang.
Setelah Babur meninggal, pemerintahannya digantikan oleh putranya yang
bernama Humayun. Beliau memerintah selama 9 tahun (1539-1539 M). Dalam masa
pemerintahannya, terdapat banyak tantangan dan negaranya tidak pernah aman.
Tantangan yang dihadapi diantaranya pemberontakan Bahadur Syah, penguasa
Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Bahadur Syah melarikan diri dan
Gujarat dapat dikuasai.
Pada tahun 1540 terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Qanuj. Dalam
pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke
Qandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ini ia menyusun kembali
tentaranya, kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan
raja Persia, Tahmasp[3].
Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah 15 tahun berkelana
meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal
pada tahun 1555. Setahun setelah itu (1556), ia meninggal dunia karena terjatuh
dari tangga perpustakaannya[4].
Humayun digantikan oleh anaknya, Akbar Khan yang masih berusia 15 tahun.
Karena usianya masih muda, maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan.
Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya.
Sistem pemerintahan Akbar ialah Militeristik. Pemerintah pusat dipegang
oleh raja. Pemerintah daerah dipegang oleh Sipah Salar atau Kepala Komandan.
Sedangkan Sub Distrik dikepalai oleh Faudjar atau Komandan. Disamping itu Akbar
menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal yang memandang semua
rakyat sama derajatnya[5].
Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilahi, yaitu menjadikan semua
agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya ialah kepentingan stabilitas
politik.
Penguasa Mughal selanjutnya adalah Jahangir, putera dari Akbar. Masa
pemerintahannya kurang lebih 23 tahun (1605-1628 M). Beliau adalah penganut
Ahlussunnah Wal Jamaah, sehangga Din-i-Illahi yang dibentuk ayahnya menjadi
hilang pengaruhnya. Jahangir meninggal pada tahun 1627, kemudian Kurram naik
tahta dan bergelar Abu Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jahan Padshah Ghazi.
Shah Jahan memerintah selama 30 tahun (1627-1658 M). Dalam masa
pemerintahannya diwarnai dengan timbulnya pemberontakan dan perselisihan
dikalangan keluarganya sendiri. Pada awal pemerintahannya terjadi dua
pemberontakan, yaitu pemberontakan raja Jhujar Singh Bundela dan Afghan Pir
Lodi yang bergelar Khan Jahan. Namun keduanya dapat dipadamkan berkat
keberanian Aurangzeb, putra ketiganya.
Prestasi Aurangzeb membuat iri saudaranya yang lain, terutama Dara, kakak
tertuanya. Aurangzeb menjadi penguasa Mughal setelah berhasil memenangkan
perang saudara. Masa pemerintahannya berlangsung mulai tahun 1658-1707 M. Dia
bergelar Alamgir Padshah Ghazi. Dia adalah penguasa yang berani dan bijak. Di
akhir pemerintahannya dia berhasil menguasai Deccan, Bangladesh dan Aud.
Sistem yang dijalankan Aurangzeb banyak berbeda dari pendahulunya. Diantara
kebijakannya adalah melarang minuman keras, perjudian, prostitusi, dan
penggunaan narkotika. Kemudian dia juga mengeluarkan dekrit yang isinya tidak
boleh memaksa wanita untuk Satidaho (pembakaran diri seorang janda yang
ditinggal mati suaminya, tanpa kemauan yang bersangkutan).
Tindakan Aurangzeb di atas menyulut kemarahan orang-orang Hindu. Hal inilah
yang akhirnya menimbulkan pemberontakan dimasanya. Pemberontakan terbesar
adalah dari kerajaan Maratha yang dipimpin rajanya sendiri, Shivaji Punsala,
namun usaha mereka tetap gagal untuk mengalahkan Aurangzeb.
Meskipun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat dipadamkan, tetapi
tidak sepenuhnya tuntas. Ibarat api dalam sekam, semangat perlawanan dari
orang-orang Hindu tetap membara. Hal ini terbukti ketika Aurangzeb meninggal
(118 H/1707 M).
Penguasa-penguasa Mughal setelah Aurangzeb tidak berdaya dan tidak mampu
mengembalikan supremasi Mughal. Penguasa-penguasa Mughal setelah Aurangzeb
antara Lain: Bahadur Syah, Jhandar Shah, Azim-us-Shah, Farukh Syiyar, Muhammad
Shah, Ahmed Shah, Alamghir, dan Shah Alam.
3. Peradaban dan
Kebudayaan Pada Masa Dinasti Mughal di India
a. Bidang Politik dan
Militer
Sistem yang menonjol pada masa Dinasti Mughal di India adalah politik
Sulh-e-Kul atau toleransi Universal. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas
dari masyarakat India beragama Hindu. Sedangkan kerajaan Mughal sendiri
beragama Islam. Lembaga dari sistem ini adalah Din-i-Ilahi dan Mansabdhari.
Di bidang militer, Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Terdiri atas
pasukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi distrik yang
dikepalai oleh Sipah Salar dan Subdastrik dikepalai oleh Faudjar.
b. Bidang Ekonomi
Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian. Setiap
komunitas petani dipimpin oleh Makaddam. Pemerintah juga memajukan
industri Tenun. Hasil industri ini banyak di ekspor ke luar negeri.
c. Bidang Seni dan
Arsitektur
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan bisa dinikmati
sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian
ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni.
Dalam bidang Sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang di ubah dari
bahasa Persia ke bahasa India. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik
Muhmmad Jayashi, dengan karya Madmavat.
d. Bidang Ilmu
Pengetahuan
Sejak berdiri, banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu
pengetahuan, bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan[6]. Di bidang ilmu agama
berhasil di kodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan
Fatawa-i-Alamgiri[7].
4. Kemunduran dan
Runtuhnya Dinasti Mughal di India
Setelah satu setengah abad Dinasti Mughal di India berada pada puncak
kejayaannya, para prajurit Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran
yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini
mengalami masa-masa kemunduran. Kekusaan politiknya mulai merosot, suksesi
kepemimpinannya ditingkat pusat menjadi ajang perebutan. Gerakan separatis Hindu
di India Tengah dan Islam dibagian timur semakin mengancam. Sementara itu, para
pedagang Inggris untuk pertama kalinya di izinkan oleh Jahangir menanamkan
modal di India, didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai
wilayah pantai.
Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran kekuasaan Dinasti Mughal di
India, yaitu:
1. Terjadinya stagnasi
dalam pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer Inggris
diwilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan Maritim
Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil
dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2. Kemerosotan moral dan
gaya hidup mewah dikalangan Elit-politika, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurangzeb
yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan
asketisnya sehingga konflik antar Agama sangat sukar di atasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta
kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
BAB III
KESIMPULAN
Kerajaan Mughal di India yang didirikan pada tahun 932 H/1526 M, dan berakhir
pada tahun 1274 H/ 1857 M. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur.
Pada masa pemerintahan sultan-sultannya memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Berdirinya Dinasti Mughal di India terdapat banyak sekali pemborontakan,
terutama pemberontakan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Hindu. Namun,
Dinasti Mughal tetap dapat mempertahankan kejayaannya.
Politik dan sistem pemerintahan dari sultan-sultan Dinasti Mughal berbeda-beda.
Meskipun berbeda-beda, Dinasti Mughal tetap pada puncak kejayaannya.
Peradaban dan kebudayaan Dinasti Mughal di antaranya:
· Bidang Politik dan Militer
· Bidang Ekonomi
· Bidang Seni dan Arsitektur
· Bidang Ilmu Pengetahuan
Setelah sekian lama Dinasti Mughal dalam masa kejayaan, masa-masa kemunduranpun
mulai terlihat. Salah satu penyebab kemundurannya adalah kemerosotan moral dan
gaya hidup mewah dikalangan Elit-Politika, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi, 2004.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persad
No comments:
Post a Comment